KEKASIH TAK DIANGGAP
OIK P.O.V
Setelah
satu bulan menjadi kekasih Cakka, kehidupanku sedikit demi sedikit berubah.
Berubah menjadi lebih sabar , lebih perhatian, dan sebagainya. Sayang, itulah
yang sedang aku rasakan. Meski di luar sana banyak yang beranggapan buruk
tentangnya, tapi aku tak mau ambil pusing. Aku tau, statusku yang menjadi kekasih
Cakka itu jauh lebih beresiko jika dibandingkan menjadi kekasih orang lain.
Cakka memang sudah tak asing lagi di wilayah sekolah. Siapa yang tak tahu sosok
Cakka? Sebelum aku mengenalnya pun Cakka sudah menjadi ketua geng di sekolah.
Wajar saja jika pengikutnya tak sedikit, tapi karena itulah aku merasa
terlindungi. Aku memang beruntung menjadi kekasih seorang ketua geng di
sekolah, kalian tahu kan? Dari awal aku berpacaran dengannya, tak ada satupun
orang yang berani menyakitiku. Karena jika aku tersakiti, Cakka dan pengikutnya tak
segan-segan menyakiti orang yang telah menyakitiku. Pasti kalian menganggap
Cakka terlalu protect? Tapi itulah Cakka.
Aku
melihatnya di lapangan sekolah, dia sedang bermain bola bersama para
pengikutnya. Aku melihatnya tertawa lepas, sangat jarang aku melihatnya seperti
itu. Cakka memang tak pandai menunjukkan perasaannya padaku, Cakka memang bukan
pacar yang romantis. Dia pacar yang dingin dan cuek, itulah Cakka. Sampai
sekarang pun dia tak pernah mengatakan sayang, apalagi bercerita tentang
keluarganya. Aku tahu Cakka memang tertutup untuk masalah pribadinya, sampai
aku pernah berfikir bahwa dia tak pernah benar-benar menyayangiku.
“Hei,
ngelamun aja.!”
“Heh..
kak Cakka. Dari kapan kakak di situ?”
“Tuh,
kan ngelamun. Ngelamunin apa sih De? Sampe nggak nyadar pacarnya di sini.”
“Hehehe..
nggak kok, nih minum dulu. Kakak pasti cape, de juga bawain tissue sama parfum.
Kakak berkeringat banget, bau asem ikh.”
“Tapi
kamu tetep suka.. wlee..”
“Uh,
nggak tuh. Siapa coba yang suka sama kakak?
“Nggak
mau ngaku.. oke nih balesannya buat orang yang nggak mau ngaku.” Kak Cakka
mengacak rambutku.
“Ikh,
kakak. Rambutku berantakan nih. Bete ah..”
“Gitu
aja ngambek, nih biar gak ngambek lagi.” Katanya sambil memelukku.
“Ikh
bau asem, jangan peluk-peluk de. Huhuhu..”
“Hahahaha...”
Cakka
selalu seperti itu, tak pernah serius
ketika bersamaku.
“Bang..”
Kulihat
dayat memanggil Cakka, wajahnya terlihat gelisah dan khawatir. Perasaanku mulai
tak enak, apa yang sebenarnya terjadi. Kulihat dayat membisikkan sesuatu ke
telinga Cakka, dan wajahnya tiba-tiba mengeras.
“Sial,
apa yang mereka mau? Kita nggak punya urusan sama mereka?”
“Gue
juga nggak tau bang, mereka mau berhadapan sama abang.”
“Ya
udah, bilang sama yang lain. Kita harus siap-siap, kita nggak tau kapan mereka
ke sini.”
“Oke
bang.”
Aku
khawatir, apa ada sesuatu yang buruk terjadi. Tuhan, semoga semuanya baik-baik
saja.
“Kak.”
Aku menggenggam tangannya
“Kamu
tenang aja, semua pasti baik-baik aja..”
Tiba-tiba.....
PPPRRRRAAAAAAAKKKKKKKK...
“Aduh..”
“Ya
Tuhan, Darah. Kamu nggak apa-apa de?”
Ada
serpihan genting yang pecah mengenai kepalaku, kulihat Dayat tergopoh-gopoh
menghampiri kami.
“Bang,
mereka nyerang kita!”
“Brengsek,
mereka nyerang sekarang. Cepet serang mereka balik, gue mau bawa Oik dulu ke
atas. Oik udah terluka sekarang.”
“Baik
bang!”
“De,
kita ke atas sekarang. Kakak nggak mau kamu terluka lagi.”
Tanpa
basa-basi Cakka mengantarku ke kelas, sebelum dia pergi aku mencekal lengannya.
“Kak..”
“Kamu
tenang aja yah, kakak akan baik-baik aja. Kamu jangan lupa obatin lukanya,
kening kamu berdarah.” Katanya sambil sekilas mencium keningku.
Aku
tahu, ini memang resiko menjadi kekasih Cakka. Menjadi target lawan bahkan
harus sampai terluka, Tapi aku tak menyangka bahwa kejadian ini akan terjadi.
Tuhan, tolong lindungi Cakka.
“Ik..”
Kulihat
Via dan Ify berada di sampingku.
“Aku
yakin Cakka pasti baik-baik aja, kamu yang tenang yah.” Kata Ify
“Makasih
Vi, Fy. Kalian memang sahabat terbaik.” Kataku sambil memeluk mereka.
“Mending
sekarang kita obatin kening kamu yang berdarah itu sebelum infeksi.” Aku hanya
menganggukan kepala.
@siang
hari
Ya
Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi di sini. Markas ini berantakan, dimana
Cakka.
“Oik.”
“Ya
Allah, kak Cakka. Kenapa bisa kaya gini sih? Kakak babak belur kaya gini, sini
Oik obatin lukanya.” Tanpa sadar aku meneteskan air mataku.
“Hei,
jangan nangis donk, masa pacarnya preman nangis sih. Gak pantes tau nggak?”
“Aku
Cuma khawatir sama kakak, aku nggak mau kakak kenapa-kenapa. Aku sayang kakak.”
“Hei,
kakak nggak kenapa-kenapa. Ini hanya luka kecil.” Katanya sambil memelukku.
“Oik
mohon, jangan buat Oik khawatir lagi. Jangan ngelakuin kaya gini lagi, Oik
nggak sanggup tanpa kakak.”
“Iya-iya
kakak janji. Udah dong jangan nangis lagi.” Aku mengusap air mataku dan
tersenyum.
@keesokan
harinya
Seperti
biasa, setiap waktu istirahat aku berada di markas. Ini lah kegiatanku
sehari-hari, istirahat selalu menemani Cakka di markas. Aku sudah terbiasa
dengan keadaan ini, duduk manis di tempat biasa kita duduk. Dan melakukan
kegiatan istirahatku di sini.
Cakka
P.O.V
Aku melihat Oik duduk di tempat
biasa, aku beruntung bisa mempunyai kekasih hati seperti Oik. Dia begitu
menerima aku apa adanya, sedangkan dia tahu bagaimana keadaanku. Dia rela
menerima cacian dan makian dari orang-orang di sekelilingnya karena menjadi
kekasihku yang notabene adalah preman sekolah. Dia terlihat sabar melihat
tingkahku, aku memang tak pandai memperlihatkan perasaanku. Kalian tahu? Sampai
sekarang aku tak pernah mengatakan bahwa aku menyayanginya, tapi dia tak pernah
mempermasalahkannya.
“Bang.”
“Eh, loe Biet. Kenapa?”
“Tuh,
udah di tunggu Oik daritadi. Gue liat dia pucat banget. Mending loe ke sana
deh.”
Aku segera menghampirinya, dia
sedang menyangga kepalanya di meja.
“De, kamu sakit.”
Dia mendongak, benar kata Obiet. Oik
terlihat sangat pucat.
“Muka kamu pucat banget, kenapa kamu
nggak istirahat aja di kelas sih?”
“Oik nggak apa-apa kak, Cuma sedikit
pusing aja.”
“Ya udah, mending kita ke dalem.
Biar kamu bisa rebahan.”
Tanpa penolakan Oik, aku membawanya
ke dalam markas.
“Kamu istirahat aja di sini, biar
kakak suruh Obiet ngijinin kamu.”
Tanpa berkata apa-apa, Oik
menyandarkan kepalanya di bahuku. Tak berapa lama, nafasnya sudah teratur, Oik
sudah tertidur. Baru kali ini aku melihatnya lemah seperti ini, tak seperti Oik
yang ceria seperti biasa. Aku mencium keningnya sekilas, entah mengapa hati ini
tak mau melepaskannya.
@Beberapa
bulan kemudian
OIK
P.O.V
Apa maksudnya, Cakka mengirim pesan
singkat untuk Shilla seperti ini. Bahkan Cakka tak pernah seperti ini padaku,
tapi bersama Shilla dia bisa semesra ini. Kemarin aku memang sengaja
meminjamkan handphone ini pada Cakka, tapi bukan ini yang ingin aku lihat.
Cakka mengirim pesan untuk wanita lain dari handphoneku sendiri, aku seperti
jembatan yang menjembatani kisah mereka. Rasanya tak adil jika Cakka melakukan
ini padaku, aku yang pantas diberi perhatian. Bukan Shilla yang notabene
hanyalah teman biasa, tapi apa yng bisa aku lakukan? Cakka hanya bisa
menyangkalnya, aku mencoba untuk mempercayainya. Meskipun hati ini terluka, aku
hanya bisa percaya padanya.
“Kak, kok aku liat akhir-akhir ini
kakak beda banget. Kakak ada masalah?”
“Enggak de, kakak nggak
kenapa-kenapa. Kamu tenang aja.”
“Kakak terlihat lebih dingin
sekarang, kakak nggak suka kalo Oik ada di sini?”
Cakka hanya terdiam, aku tak bisa
berbuat apa-apa. Terlalu sulit untukku mengahadapinya, dia terlalu tertutup
dengan masalahnya. Padahal aku sudah tau semuanya, apa yang dia lakukan sampai
tentang keadaan keluarganya. Tapi dia tak mau mengatakannya, aku hanya
berkeyakinan bahwa dia baik-baik saja. Aku berdiri dan meninggalkan Cakka di
tempatnya. Mungkin dia hanya butuh ketenangan tanpa aku di sisinya.
Tiga minggu
kemudian.................
Sudah
tiga minggu aku tak melihatnya, kemana dia? Hati ini resah, apakah dia
baik-baik saja. Entahlah, tak ada satupun kabar tentangnya. Bahkan dari para
pengikutya pun tak ada kabar, seakan-akan mereka menutupi sesuatu tentangnya.
Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah aku masih menjadi kekasihnya? Aku
bagaikan kekasih tak dianggap. Statusku memang kekasihnya, tapi kenyataan tak
seindah harapan. Aku merasa sedikit demi sedikit dia mulai menjauhiku, tapi apa
salahku? Selama ini kita baik-baik saja, lalu mengapa tiba-tiba dia menjauhiku?
Dia menggantungkan kisah ini.
“Kak,
apa aku salah merasakan sakit ini?’
“Nggak
Ik, kamu nggak salah. Cakka aja yang nggak pernah mau melihat kalo ada orang
yang sayang sama dia.”
Saat
ini aku bersama kak Rahmi, dia teman sekelas Cakka. Aku hanya bisa bercerita
dengannya, karena hanya dialah yang tau kabar tentang Cakka.
“Ik,
Cakka baru masuk sekolah. Udah satu minggu dia sakit.”
“Kenapa
kak Rahmi nggak bilang sama Oik kalo kak Cakka sakit? Oik ngerasa nggak berguna
jadi pacar kak Cakka.”
“Ik,
kamu udah di sakiti. Kenapa kamu masih kaya gini, sih?”
“Oik
tau kak, tapi Oik nggak bisa bohong kalo Oik masih sayang sama dia.”
“Ik,
kamu tau kalo Cakka itu ‘pemake’?”
“Oik
tau kak.” Kulihat kak Rahmi terkejut.
“Kenapa
kamu diem aja? Ik, lupain dia. Dia nggak pantes buat jadi pendamping kamu, kamu
masih bisa ngedapetin orang yang jauh lebih baik dari dia.!”
“Oik
juga nggak tau kak, apa Oik bisa ngelupain rasa ini.” Tanpa terasa air mata ini
mengalir di pipiku. “Oik sayang kak Cakka.”
“Oik,
Lupain dia! Jangan buang air mata kamu
Cuma buat orang kaya Cakka!.” Katanya seraya memelukku.
*********
Aku
memilih untuk berjalan dari jalan kecil yang jarang dilewati anak-anak di
sekolah, aku merasa sedikit menerima kenyataan bahwa aku dan Cakka tak mungkin
bersatu tanpa alasan yang jelas. Aku yakin, Tuhan akan memberi kebahagiaan suatu
saat nanti. Tiba-tiba mataku terantuk pada dua orang di depanku, kalian tahu?
Itu Cakka dan... Shila. Jadi, selama ini apa yang aku takutkan menjadi
kenyataan. Aku harus menelan pil pahit ini, sesak rasanya melihat orang yang
kita sayangi lebih terlihat bahagia bersama orang lain.
Aku
berjalan pelan di belakang mereka, begitukah rasanya ketika sepasang manusia
sedang jatuh cinta? Tertawa lepas seakan tak mengenal dunia luar, aku tak
sanggup melihat adegan itu. Setelah mereka berbelok, aku segera berlari ke arah
kelas. Aku tak sanggup melihatnya, untung kelas masih sepi. Jadi aku tak perlu
merasa malu untuk menangis.
“Ternyata
ini kelakuan kamu di belakang Oik kak, sakit rasanya. Oik kira semuanya akan
baik-baik aja, Oik benci kakak. Kenapa bukan Oik yang buat kakak bahagia?
Ternyata selama ini kakak Cuma main-main sama Oik. Tapi aku nggak boleh sedih,
aku harus bisa tanpa kak Cakka. Okeh Oik, mulai hari ini kamu bukan pacar kak
Cakka lagi. Kamu Cuma masa lalunya nggak lebih.!” Segera aku menghapus air
mataku.
*******
Hari demi hari aku mencoba untuk
bangkit dari keterpurukan ini, aku tak mungkin terus seperti ini. Masih banyak
orang yang menyayangiku di luar sana, aku harus kuat. Walau berat, tapi aku
yakin. Seiring dengan berjalannya waktu, aku bisa melupakannya. Sebisa mungkin
aku menghindarinya, walau berat aku harus bisa. Menghindarinya bukan sesuatu
yang mudah, karena letak kelasku yang dekat dengan markas membuatku harus lebih
berhati-hati keluar kelas. Aku tak ingin melihatnya lagi, terlalu sakit hati
ini.
Aku sadar, mungkin aku bukan
seseorang yang bisa menemaninya di saat dia butuh. Aku tahu dia butuh seseorang
yang bisa menemaninya di saat dia butuh, aku tahu dia terpuruk. Tapi sekali
lagi aku tak bisa berbuat apa-apa. Sifatnya yang tertutup membuat aku sedikit
segan untuk menanyakan semua masalahnya, mungkin karena itulah dia mencari
sosok lain yang bisa menemaninya kapan pun dia butuh.
Sepandai-pandainya tupai melompat
pasti akan jatuh juga, mungkin itu benar. Sepandai-pandainya aku menghindar,
dia bisa bertemu denganku juga. Tak sengaja aku dan Cakka bertemu di salah satu
kantin sekolah, aku tahu dia terkejut karena tak mengira kita akan bertemu. Aku
segera mengalihkan pandanganku darinya, karena hati ini masih sangat
menyayanginya.
“Oik.”
“Maaf ka, Oik harus ke kelas. Bentar
lagi masuk.”
Tak seharusnya aku bersikap seperti
itu, tapi aku harus melakukannya. Aku tak mau dianggap lemah oleh Cakka, aku harus
menunjukkan bahwa aku kuat tanpanya.
CAKKA
P.O.V
Setelah sekian lama aku tak pernah
melihatnya, hari ini aku melihatnya kembali. Ingin rasanya aku memeluknya dan
mengatakan bahwa aku menyayanginya. Tapi apa daya? Raga ini menolak untuk
melakukannya. Berminggu-minggu aku mencarinya, ternyata dia menghindariku. Aku
tahu mungkin ini salahku, salahku yang mendahului menghindarinya. Andai dia
tahu bahwa aku menyayanginya, mungkin dia tak akan pernah menghindariku. Andai
waktu bisa di putar kembali, ingin rasanya aku mengungkapkan seluruh isi
hatiku. Keterpurukan dan masalah yang aku alami, adalah penyebab utama aku
menjauhinya. Aku merasa tak pantas menjadi kekasihnya, dia orang yang berbeda
denganku. Aku tahu itu salah, apalagi
akhir-akhir ini hanya ada Shilla yang mendampingiku.
Firasatku mengatakan, bahwa karena
akulah Oik menghindariku. Mungkin dia juga sudah mendengar kabar kedekatanku
dengan Shilla, tapi apakah dia tahu? Bahwa aku merindukannya, merindukan semua
tentangnya. Suara tawanya, sikap manjanya, bahkan ketika dia mengeluh karena
lelah. Tapi, itu tak sepenuhnya salahku. Dimana dia di saat aku sakit? Dimana
dia di saat aku membutuhkannya? Aku tak mengerti kenapa semuanya berakhir
seperti ini. Tuhan, kuatkan aku untuk bisa melupakannya.
@keesokan
harinya...
Aku berjalan ke arah markas, aku
berharap aku bisa melihatnya. Mungkin untuk terakhir kalinya, karena aku
memutuskan untuk melupakannya. Dan ternyata Tuhan mendengarkan harapanku, aku
melihatnya di depan kelas. Tak sengaja matanya beradu pandang denganku, aku
tahu bahwa dia sangat kecewa denganku. Aku melihat kekecewaan itu dari matanya,
mata tajamnya menyiratkan bahwa dia sangat terluka. Aku melewatinya tanpa
melirik ke arahnya, mungkin dia akan merasa tersakiti, tapi aku yakin inilah jalan
yang terbaik untuk kita. Karena kita memang berbeda.....
OIK
P.O.V
Aku
melihat ke arah markas, aku merasa rindu berada di sana. Rindu melakukan
kegiatan istirahatku bersama Cakka, kulihat Cakka berjalan ke arah markas.
Kurasakan dia memandangiku dari jauh, aku tahu itu. Tapi aku hanya bisa diam,
aku hanya mencoba untuk rela
melepaskannya. Dia berjalan di depanku, kalian tahu? Dia melewati tanpa
melirikku sedikit pun. Sakit rasanya, tapi inilah kenyataannya. Sekarang aku
yakin, bahwa Cakka tak pernah menyayangiku. Mungkin ini adalah akhir kisahku,
kisahku bersama kekasih hatiku... CAKKA....